PEMANFAATAN SLURRY PUMP UNTUK PENGANGKUTAN LUMPUR DAN PROSES EKSPOSE BATUBARA DI AREA LOWEST POINT STUDY KASUS AREA SUMP KB4, PIT KG BAWAH PT. BORNEO INDOBARA

Yan Heryadi, Yanuar Saragi

Abstract


Salah satu konsekuensi penerapan metode tambang permukaan pada tambang batubara adalah adanya area terendah (lowest point) yang berfungsi sebagai area tampungan air di dalam pit. Air larian dari hujan akan membawa material sedimentasi yang apabila terjadi dalam jangka waktu lama akan terakumulasi menjadi sedimentasi cair dalam bentuk lumpur dengan jumlah banyak yang terkumpul di area lowest point tersebut. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi operasional tambang saat di area lowest point yang tertutup lumpur tersebut masih terdapat cadangan batubara yang belum sempat diangkut karena sequence penambangan atau karena cuaca yang dominan hujan seperti yang terjadi di tahun 2021-2022 di area PT Borneo Indobara, salah satu perusahaan tambang batubara di kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Pit KG Bawah terletak di Blok Timur Konsesi PT Borneo Indobara. Lowest point Pit KG Bawah dinamakan sump KB4 yang berada pada elevasi -90 mdpl (elevasi lumpur di -71 mdpl dan elevasi airnya di -68 mdpl), dengan estimasi volume sump sebanyak 3,44 juta m3 dengan batubara yang belum di angkut di bawahnya sebanyak 3,35 juta ton. Untuk mengekspose batubara dibawah lumpur tersebut apabila mengandalkan metode standar yaitu pemompaan dengan water pump dan loading lumpur menggunakan metode truck and shovel sekelas PC-2000 & HD-785 yang produktivitasnya hanya sekitar 350 – 450 m3/jam saja (belum memperhitungkan material blending), akan meningkatkan biaya maintenance jalan, dan tentu saja akan menambah resiko keselamatan karena jalan licin akibat tumpahan lumpur. Hal tersebut menjadikan metode truck and shovel menjadi sangat tidak efisien dan memerlukan waktu serta biaya yang tinggi. Selain itu proses pemompaan air dari sump ke sediment pond berpotensi terganggu karena TSS yang tinggi di sump Pit KG Bawah. Oleh karena itu, pemanfaatan slurry pump menjadi alternatif yang akan dipaparkan dalam makalah ini. Komponen slurry pump yang digunakan di Pit KG bawah terdiri dari 2 (dua) unit Dredger Eddy Pump, 5 (lima) unit Booster Pump, 10 (sepuluh) unit Slurry Tank, 6 km Flexible Hose dan HDPE serta 5 (lima) tank fuel storage dan Sludge Flow meter. Output dari pemompaan dengan slurry pump tersebut adalah sudah terpindahkannya lumpur di sump KB4 sebanyak 1,0 juta m3 (periode Agustus 2021 – Juni 2022) dan batubara yang sudah terangkut ke pelabuhan sebanyak 2,01 juta ton. Perbandingan biaya operasional antara pengangkutan lumpur dengan slurry pump dan metode konvensional dengan jarak buang 5,9 km adalah metode konvensional 2,1 kali lebih mahal dibanding metode slurry pump (metode slurry pump Rp 89,01 Miliar dan metode konvensional Rp 187,26 Miliar). Selain itu resiko keselamatan di jalan tambang dan TSS di sediment pond juga bisa diminimalisir.

Keywords


Lumpur, Sump, Slurry Pump, Pit KG Bawah

Full Text:

PDF

References


Dokumen internal perusahaan berupa : Laporan harian pemompaan slurry pump mitra kerja PT. Borneo Indobara

Dokumen internal perusahaan berupa : Dokumen tagihan (invoice) pemompaan slurry pump dari mitra kerja PT. Borneo Indobara


Article Metrics

Abstract view : 236 times
PDF - 259 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.